Kamis, 03 Juni 2010

My diary to Malaysia

Akhirnya kesampaian juga keinginan saya untuk mengunjungi Melaka & Taman Negara di Malaysia walau sempat ragu khususnya untuk Taman Negara karena saya pergi dengan saudara yang saya rada ragu apakah mereka suka kesana. Kami bertiga ibu-ibu yang sudah menjelang setengah abad, hehehe bener-bener "life began at 40"
Hari ke 1 Jakarta - Kuala Lumpur - Melaka

Kami naik pesawat pertama yang berangkat jam 06.25 dan tiba di Kuala Lumpur jam 09.25 sesuai dengan jadwal. Karena kami naik Air Asia maka kita tiba di bandara LCCT dan bukan di KLIA. Setelah mengambil barang bagasi, kami melewati toko coklat yang bikin hati kami ngak kuku kalau ngak mampir dan beli coklat buat bekal di jalan. Setelah itu yang kami lakukan adalah mencari loket yang menjual tiket bis ke Melaka yang berangkat jam 11.30, ternyata tiket tidak dijual di loket tapi kita bisa langsung ke jalur bis No.7 yang menuju Melaka dan disana ada orang yang menjual tiket tsb, setelah itu kita menunggu di cafetaria yang tersedia di tempat keberangkatan bis. Jarak dari LCCT ke Melaka sekitar 1 jam 45 menit dengan pemandangan didominir oleh pepohonan dikiri dan kanan jalan. Setibanya di terminal bis di Melaka, kami beristirahat sebentar di McDonald karena terminal bis letaknya bersebelahan dengan Melaka Center, semacam pusat perbelanjaan, setelah itu barulah kami mencari bis nomor 17 dan turun di 'Clock Tower' dan berjalan sekitar 10 menit untuk mencapai penginapan. Kami sudah memesan kamar di Tony's Guesthouse. Kami memilih guesthouse ini karena lokasinya yang dekat dengan tempat-tempat yang wajib di kunjungi disana. Secara keseluruhan guesthouse ini bersih dan rapih.. Setelah menaruh barang dan beristirahat sebentar kami langsung berjalan balik ke 'Clock Tower' yang lokasinya berseberangan dengan sungai Melaka. Hampir semua tempat-tempat bersejarah di Melaka letaknya berdekatan satu sama yang lain, sehingga kami bisa berjalan kaki dari satu tempat ke tempat yang lain, hanya panasnya yang ngak tahan jadi harus siap dengan topi atau payung kalau enggak mau kulitnya gosong, coklat yang kami beli di airport aja langsung meleleh ngak karuan bentuknya.
Christ Church : Ini adalah gereja Protestan tertua peninggalan Belanda dan letaknya berhadapan dengan Clock Tower. Gereja dengan cat merah menyala ini dibangun pertama kali pada tahun 1741 dan selesai pada tahun 1753. Dulunya gereja ini disebut Beneden Kerk, mungkin karena lokasinya yang berada dibawah bukit sedangkan gereja St. Paul berada diatas bukit, kemudian dirubah namanya menjadi Christ Church
Stadthuys : Di bangun pada tahun 1650, dulunya adalah tempat kediaman resmi gubernur Belanda. Aslinya bangunan ini berwarna putih tapi kemudian di cat ulang menjadi berwarna merah menyala, katanya sih untuk menyamakan warna dari Christ Church yang letaknya berdekatan.
Malaysian Youth Museum : Lokasinya dekat dengan Clock Tower, dulunya adalah kantor pos tapi sekarang di gunakan sebagai museum untuk memamerkan dokumen-dokumen dan foto-foto dari 'Malaysian Youth Council' dan kelompok-kelompok kepemudaan yang lain.
Sungai Melaka : Tour menyusuri sungai Melaka selama kurang lebih 45 menit dengan menggunakan perahu wisata, harga tiket RM10. Perjalanan dengan perahu ini akan melewati tengah kota, pasar ikan, kampung Morten yaitu kampung khas Malaysia, dll. Wisata perahu ini juga bisa dilakukan pada malam hari dimana pemandangan lebih menarik karena lampu-lampu yang menghiasi sepanjang pinggir kiri dan kanan sungai.
Note: jalan sempit yang diapit oleh Christ Church dan Stadhuys di penuhi oleh para penjual cenderamata khas Malaysia. Salah satu penjualnya ternyata orang Semarang yang sudah lama bermukim di Melaka.
Hari ke 2 Melaka - Temerloh - Jerantut
Setelah makan pagi, kita mulai lagi berjalan kaki melihat kota Malaka dengan mengunjungi :
St. Peter's Church : Di bangun pada tahun 1710 oleh orang-orang keturunan Portugis dan secara khusus untuk merayakan hari-hari raya Jumat Agung, Paskah dan San Pedro di bulan Juni. Pada saat perayaan-perayaan tsb banyak umat katolik dari luar kota Melaka datang ke tempat ini.
Mesjid Kampung Hulu : Di bangun pada tahun 1728 pada saat pendudukan Belanda dan juga adalah mesjid tertua di negeri ini. Gaya arsitekturnya adalah campuran dari Sumatra, Hindu dan Barat. Struktur bangunan hampir semua terbuat dari kayu kecuali 4 pilar dan atapnya di ganti dengan beton. Di dalam area mesjid terdapat kuburan dari Sayyid Abdullah Al-Haddad, seorang guru agama yang terkenal dan di anggap sebagai Wali.
Jalan Jonker : Sekarang namanya Jalan Hang Jebat, lokasi ini adalah surga bagi penyuka barang antik, disini juga ada berbagai cafe, butik dan toko-toko kerajinan. Khusus untuk hari jumat, sabtu dan minggu ada pasar malam yang di buka dari jam 6 sore sampai tengah malam. Kami sempat mampir di satu toko yg pemiliknya orang Kashmir yang sudah lama menetap di Malaysia, dia menjual barang-barang kerajinan dari Kashmir yang katanya dibuat oleh keluarganya sendiri disana dan juga dari Pegunungan Himalaya. Disini kami beli tas, dompet dan pashmina dan pakai acara nawar senawar-nawarnya, hehehe.
China Town : Terletak disebelah selatan sungai Melaka dan adalah tempat yang sayang untuk dilewatkan. Lokasi ini adalah campuran dari tempat tinggal dan juga tempat berdagang.
Menara Taming Sari : Tingginya 110 meter dan didisain berdasarkan 'Keris Taming Sari' yang melegenda. Menara berputar ini mulai di buka pada tanggal 18 April 2008 dan dapat memuat 66 orang. Tempat ini dibuka dari jam 10 pagi sampai jam 8 malam dengan karcis masuk sebesar RM20 untuk dewasa. Walau rasanya harga karcis cukup mahal tapi patut dicoba untuk melihat kota Melaka dari ketinggian 110 meter baik saat pagi ataupun malam dimana kota bermandikan lampu-lampu jalanan.
A'Famosa : Juga di kenal dengan nama Porta de Santiago. Dibangun oleh Alfonso de Albuquerque pada tahun 1512 pada saat Portugis menduduki Melaka antara tahun 1511 sampai 1641. Benteng ini kemudian dikuasai oleh Belanda yang akhirnya menyerahkannya kepada Inggris. Pada tahun 1801 kapten William Farquhar berusaha memusnahkan benteng ini dengan berbagai cara yang berakibat punahnya 3 gerbang utama dan yang tertinggal adalah gerbang utama Santiago yang masih bisa dilihat sampai saat ini.
Istana Sultan Malaka (Museum Kebudayaan) : Terletak di kaki bukit St. Paul tidak jauh dari A'Famosa, museum kebudayaan ini adalah replika dari istana Sultan Melaka pada abad ke 15. Karcis masuknya RM2
St Paul's Church : Di bangun pada tahun 1521 oleh seorang kapten berkebangsaan Portugis bernama Duarte Coelho. Dulunya dinamai Nosa Senhora yang artinya Our Lady of the Hill, tapi setelah Belanda masuk dan menguasai Melaka namanya dirubah menjadi gereja St. Paul dan fungsinya pun kemudian juga berubah dari gereja menjadi tempat pemakaman karena gereja yang di bangun oleh Belanda, Christ Church, sudah selesai pembangunannya dan sudah dapat digunakan.
Patung St. Francis Xavier : Patung ini selesai di bangun pada tahun 1952 dan diletakan didepan gereja St. Paul untuk memperingati kedatangannya di Melaka 400 tahun yang lalu (1545-1552) dalam perjalanannya ke Timur Jauh. Beliau meninggal di China tahun 1553 dan jenasahnya dibawa kembali ke Melaka dan dikubur disana. Setelah keputusan dibuat untuk mengirim jenasahnya ke Goa di India, para penggali kubur terkejut mendapati bahwa jenasah tsb hanya menunjukkan sedikit tanda-tanda kebusukan padahal sudah 9 bulan dikubur. Kejadian ini akhirnya membuat misionari ini diangkat menjadi orang suci. Sehari setelah patung ini ditahbiskan, sebuah pohon yang besar jatuh menimpanya dan menyebabkan tangan sebelah kanannya rusak, dan keadaan itu tetap sampai saat ini.
Di kaki bukit ini juga ada beberapa museum seperti Museum Arsitektur, Museum Perangko, Museum Islam, dll. Kami sempat mencoba naik becak khas Melaka dengan hiasan bunga-bunga didepannya dari jalan Jonker ke Menara Taming Sari karena sudah kecapekan jalan kaki.
Siangnya kita check-out dan langsung ke terminal bis 'Sentral Melaka' untuk melanjutkan perjalanan ke Temerloh yang memakan waktu sampai 4 jam. Sebetulnya bis ke Temerloh itu ada 2x keberangkatan, pagi dan siang, tapi berhubung kami tiba di Melaka siang hari kemarin, maka kami butuh waktu pagi ini untuk melihat tempat-tempat yang belum sempat kami singgahi kemarin. Bis dari Melaka berangkat pukul 3 siang and tiba di Temerloh sudah sekitar jam 7 malam dan bis ke Jerantut sudah tidak ada, untung masih ada 1 taxi yang mangkal di terminal, tapi saya rasa itu bukanlah suatu kebetulan tapi Tuhan tahu bahwa kita akan kemalaman dan menahan taxi tsb untuk menunggu kita. Perjalanan dari Temerloh ke Jerantut sekitar 2 jam dilalukan dalam diam karena semua sudah lelah dan mengantuk tapi sempat juga saya minta supir taxi untuk berhenti sebentar karena saya mau ambil gambar mesjid yang ada di Temerloh, bentuknya bagus sih. Di Jerantut kita menginap di Hotel Sri Emas yang lumayan bersih. Karena kita ambil kamar yang murah, maka kita ditempatkan di lantai 3 dan harus naik tangga pula dengan membawa barang masing-masing, yaah namanya juga hotel murah meriah jadi semuanya harus dikerjakan sendiri, jangan harap ada porter yang mau bawain barang.
Hari ke 3 Jerantut - Kuala Tahan
Sepertinya NKS adalah satu-satunya agen perjalanan yang beroperasi untuk daerah Taman Negara. Lokasi kantornya tidak jauh dari seberang Hotel Sri Emas, jadi kita hanya harus menyebrang dan jalan sedikit untuk mencapainya. Semua aktivitas berikut akomodasi di Taman Negara bisa diurus melalui NKS, tapi kami hanya mengambil untuk transportasi dan pengurusan izin masuk dan izin membawa camera karena harga akomodasi melalui mereka atau langsung sama saja, jadi setelah sampai disana kami akan melihat dulu tempatnya baru memutuskan mau tinggal dimana. Taman Negara bisa dicapai dengan melalui jalan darat dan juga melalui sungai Tahan dan kami ingin mencoba keduanya. Sebuah bis milik NKS membawa kami ke Kuala Tembeling dimana terdapat perahu-perahu yang akan membawa kami ke Kuala Tahan. Lama perjalanan dengan perahu sekitar 4 jam dan pemandangannya cukup indah dengan pohon-pohon menjulang tinggi dikanan kiri sungai, kupu-kupu yang didominir oleh warna kuning, hijau pastel dan karamel, burung-burung yang berterbangan didekat perahu kami dan juga ada monyet dibeberapa tempat. Kami tiba di Kuala Tahan saat jam makan siang dan perahu merapat tepat disamping restoran terapung milik NKS. Begitu kami duduk, para staff NKS mendatangi masing-masing meja dan mulai memberi briefing mengenai Taman Negara misalnya aktivitas apa saja yang dapat kami lakukan disana dan tour-tour apa saja yang kami bisa ambil, dan kami pun mengambil tour untuk nanti malam dan besok, kemudian makan siang di restoran tsb. Selain restoran milik NKS, ada juga beberapa restoran terapung lainnya yang letaknya saling berdekatan dan satu toko yang menjual kebutuhan sehari-hari seperti sabun, shampo, camilan, juga souvenier seperti t-shirt dengan gambar canopy, tempelan kulkas, gelang, dll. Berhubung rasa cape yang kemarin masih berasa, maka kami istirahat dulu sebelum balik lagi ke NKS restoran untuk night safari.
Night Safari : Dengan kendaraan jip terbuka kita dibawa ke areal perkebunan kelapa sawit yang ada di Kuala Tahan. Saya pilih duduk disebelah pemandu perjalan diatas atap jip yang dengan menggunakan senter kekuatan besar berusaha mencari binatang-binatang yang berkeliaran pada malam hari. Kami beruntung karena dapat melihat burung hantu, burung robin, anak macan tutul yang tersesat dari induknya, ular phyton yang melintas tepat didepan mobil kami & babi hutan karena mobil jip yang kebetulan berpapasan dengan kami tidak ketemu satu binatang pun. Syukurlah jadi ngak sia-sia bayar RM30 untuk tour ini.
Hari ke 4 Taman Negara
Pagi-pagi kami sudah ke NKS restoran untuk sarapan dan menunggu waktu untuk mulai tour.
Jungle Trekking, Canopy Walkway & Teresek Hill : Dari NKS restoran dengan perahu kita dibawa ke Taman Negara. Setelah penjelasan sebentar dari pemandu jalannya, kita mulai mendaki bukit Teresek yang tingginya sekitar 1500 meter. Setibanya dipuncak pemandangannya cukup indah dan kita bisa melihat sungai Tahan. Perjalanan turun cukup cepat kami lakukan, beda dengan waktu naiknya yang cukup melelahkan. Note: Untuk mendaki bukit Teresek dan Canopy Walkway sebetulnya dapat dilakukan sendiri tanpa harus ikut tour, Biayanya jauh lebih murah, yaitu RM5 untuk canopy dan RM2 untuk naik perahu pulang pergi dari Kuala Tahan ke Taman Negara.
Lubok Simpon : Ini adalah kolam renang alam dari cabang sungai Tahan dan dipagari oleh batu-batu besar tetapi tetap ada celah dimana perahu kecil bisa melewatinya. Airnya memang rada coklat tapi itu dikarenakan daun-daun yang berguguran dan mengendap di dasar sungai juga kerikil dan pasir. Berenang ditempat ini cukup menyenangkan dan menyejukkan setelah mendaki bukit Teresek yang melelahkan dan bikin kita mandi keringat dan yang terpenting, sepanjang kita menyusuri sungai ini dari kemarin, tidak ada tempat untuk orang buang hajat.
Hari ke 5 Kuala Tahan - Jerantut - Kuantan - Kuala Terengganu - Kuala Besut
Satu hari ini hilang hanya untuk mengadakan perjalanan panjang dengan bis dari Kuala Tahan ke Jerantut lalu diteruskan ke Kuantan, Kuala Terengganu dan Kuala Besut. Ada kejadian yang menguntungkan waktu kami meninggalkan Kuala Tahan. Kemarin sewaktu di Jerantut kami sudah bayar ke NKS transport bis balik ke Jerantut, dan kemarin kami sudah reconfirm untuk kepulangan ini dan mereka bahkan mengingatkan untuk berada di tempat pemberhentian bis sebelum jam keberangkatan supaya ngak ketinggalan bis karena bis selalu berangkat tepat waktu, well, guess what....kami salah naik bis ! gara-gara kami sudah ada di pemberhentian bis pagi-pagi. Kami ngak engeh kalau selain bis NKS ada juga bis umum yang ke Jerantut. Kami baru tahu waktu sudah lebih setengah jalan dan ditagih ongkos, memang sih saya rada heran juga koq ini bis ngambil penumpang di jalan dan waktu saya lihat ada penjunjuk jalan untuk ke Jerantut belok kiri, eeh ini malah belok kanan, nah waktu di tagih ongkos tentu saja kami ngotot sudah bayar dan sebaliknya si kenek juga ngotot nagih ongkos, hehehe kebayang ngak tuh tampang kami yang otot-ototan, setelah tahu ini bis umum, ya sudah kita bayar saja RM7 per orang dan setibanya di terminal bis Jerantut dilalahnya ada orang NKS, langsung deh kami samperin dia dan cerita kronologi kejadian tsb dan sekalian minta uang kita dibalikin, dengan sigap dia langsung mengantar kita ke kantor NKS dan setelah mereka cek bahwa benar kita sudah bayar dan juga sudah reconfirm kemarin untuk balik ke Jerantut, ya uang kita dibalikin semuanya, lumayan RM25 per orang dan orang tsb mengantar kami balik kembali ke terminal bis dan bahkan membantu kami untuk membeli tiket bis ke Kuantan. Bravo untuk NKS dalam menanggapi complaint dari clietnts !
Rencananya kami mau menginap di Kuala Terengganu tapi berhubung semua hotel baik yang melati maupun yang berbintang penuh semua karena bersamaan dengan liburan anak sekolah, akhirnya setelah putar-putar kota tanpa hasil, kita memutuskan untuk langsung ke Kuala Besut yang jaraknya sekitar 2 jam dari Kuala Terengganu. Kuala Besut adalah tempat dimana kapal-kapal yang akan membawa penumpang ke pulau Perhentian bersandar. Disini pun kita dapat masalah karena kamar yang dijanjikan kepada kita melalui supir taxi diberikan kepada tamu lain yang katanya datang lebih dulu, jadi setelah putar-putar mencari akomodasi, akhirnya kami dikasih kamarnya turis perancis yang malam itu secara sukarela mengungsi ke kamar lain hanya demi kami yang sudah kecapean dan mengantuk, oooh thanks God !
Note: sebetulnya NKS punya bis dari Jerantut ke Kuala Besut dengan harga RM65 per orang, dan mereka sudah menawarkan kepada kita setelah tahu kita mau ke pulau Perhentian, tapi setelah kami itung-itungan dikepala membandingkan dengan ongkos bis umum dan merasa lebih murah kalo ngeteng, ya kita tolak. Ternyata setelah kita tidak dapat akomodasi di Kuala Terengganu dan harus ke Kuala Besut dengan taxi, wuiih jatohnya ya sama aja, mendingan tadi terima tawaran NKS untuk langsung ke Kuala Besut, pasti sudah sampai dari sore dan sudah bisa berenang bukannya baru tengah malam begini baru dapat penginapan, itu juga karena ada yang berbaik hati untuk ngungsi dan kasih kamarnya ke kita.
Note: disamping halte bis di Kuala Tahan, ada banyak penjual makanan untuk sarapan, lumayan enak dan murah meriah. Misalnya nasi lemak yang biasa hanya RM1, yang pake ayam RM2, ada semacam lemper tapi dalamnya bukan ayam rasanya enyaak buanget harganya RM1 dapat 3 dan kue-kue yang lain pada umumnya 3 buah untuk RM1. Nyesel ngak beli banyak lempernya tapi emang tinggal 3 sih waktu kita beli. Di Kuala Besut kita lihat lemper yang seperti di Kuala Tahan, jadi kita beli rada banyak buat nyemil di jalan, tapi ternyata rasanya tidak seenak yang di Kuala Tahan.
Hari ke 6 Kuala Besut - Pulau Perhentian - Kuala Besut - Kuala Terengganu
Karena kita tidak akan menginap di pulau Perhentian, maka setelah check-out kami menitip barang-barang di Nan Hotel dan menuju dermaga yang lokasinya tidak jauh dan menunggu jadwal kapal yang akan membawa kami ke pulau Perhentian. Perjalanan dengan kapal menuju pulau Perhentian hanya sekitar 30 menit tapi cukup menegangkan karena kami berlayar melawan ombak, jadi kapal kami lumayan terlempar-lempar berikut penumpangnya, turis Jerman yang duduk didepan kami jari tangannya sampai terluka dan berdarah karena berusaha untuk tidak terlempar dari tempat duduknya. Tiba di Perhentian, rasa tegangpun terbayar dengan pemandangannya yang indah. Tanpa membuang waktu karena sore hari kami akan kembali ke Kuala Besut, saya langsung berenang dan snorkeling tak jauh dari pantai dan dermaga. Untung masih ada sisa roti kemarin sehingga saya bisa kasih makan ikan sekalian, woow benar-benar liburan yang mengasyiikan. Di beberapa tempat di tepi pantai, banyak terdapat batu-batu besar seperti yang ada di Belitung. Sorenya kami kembali dengan perahu, karena kami tidak melawan ombak maka perjalanan balik ini cukup menyenangkan. Kami kembali ke Kuala Terengganu dengan taxi yang kemarin.
Kami janjian bertemu dengan pak Wan Hasan Wan Abdullah pemilik Mawar Homestay di restoran dekat dengan penginapannya. Ternyata beliau sebetulnya kemarin sudah menyediakan kamar untuk kami di Point Hotel yang lokasinya berada ditengah kota dan dekat terminal bis, tapi karena informasi tsb dikirim setelah saya pulang kantor hari jumat sedangkan senin kami sudah berangkat ke Malaysia, maka saya tidak tahu menahu mengenai hotel tsb, tapi buat saya ngak masalah karena saya jadi tahu kota Kuala Besut. Berhubung kamar yang disiapkan untuk kami kemarin sudah dijual kepada orang lain, karena dikira kami tidak jadi datang, maka kami dikasih satu rumah besar 'fully furnished' yang kebetulan lagi kosong untuk ditinggali. Setelah menaruh barang-barang dipenginapan, pak Wan Hasan menawarkan untuk membawa kami keliling kota melihat Mesjid Kristal yang berkilau bermandikan cahaya diwaktu malam lalu kami mampir di pantai dan Mesjid Terapung yang berlokasi di Kuala Ibai. Sebetulnya mesjid ini tidak benar-benar terapung tapi bangunannya dibuat seolah-olah terapung. Mesjid ini sangat indah dilihat diwaktu malam karena bercahaya. Setelah berkeliling pak Wan Hasan mengantar kami kembali ke 'rumah'. Kami bersyukur bisa mengenal pak Wan Hasan, karena selain ramah beliau ini juga mau menolong kami memberi informasi tentang kotanya dan malah mengantar kami berkeliling dengan mobilnya, beliau juga memiliki cukup banyak penginapan di Kuala Terengganu.

Hari ke 7 Kuala Terengganu
Sesuai dengan perjanjian, pagi ini pak Wan Hasan menjemput kami dan membawa kami ke tempat-tempat yang sudah ada dalam daftar untuk dikunjungi :
The Terengganu State Museum : Berlokasi di Bukit Losong sekitar 6km dari pusat kota Kuala Terengganu, museum ini resmi dibuka pada tanggal 20 April 1996 oleh Sultan Terengganu, Alm. Sultan Mahmud Al-Muktafibillah Shah. Dengan luas 27 hektar, museum ini merupakan yang terbesar di Malaysia. Selain Museum Utama yang memiliki beberapa galeri, disana juga ada Museum Maritim dan 5 rumah traditional, yaitu Rumah Limas, Rumah Tele untuk para wanita, Rumah Bujang, Rumah Beserambi Besar dan Istana Tengku Long. Karcis masuknya hanya RM2 per orang
Taman Tamadun Islam : Terletak di pulau Wan Man, taman ini menyuguhkan replika dari 21 mesjid-mesjid bersejarah yang ada didunia, misalnya Taj Mahal di India, Al-Haram di Mekah, Kul Sharif di Rusia, dll. Dari Indonesia juga ada yaitu mesjid Kudus Minar. Tadinya pulau ini tidak berpenghuni dan dipenuhi oleh tanaman nipah, tapi kemudian oleh pemerintah dibuat menjadi begitu bermanfaat. Karcis masuk ke taman ini lumayan mahal RM25 tapi sudah termasuk didalamnya voucher untuk ditukar dengan makan siang ataupun snack di kantin yang ada di Taman tsb sebesar RM5.
Chrystal Mosque : Mesjid ini juga terletak di pulau Wan Man tapi diluar areal dari Taman Tamadun. Sebagian besar dari bangunan mesjid ini terbuat dari kaca dan baja. Mesjid ini luasnya 2146 meter persegi dan bisa memuat 700 jemaah dan dilengkapi dengan sarana teknologi dan jaringan WiFi sebagai akses internet guna membaca al-Quran elektronik. Mesjid ini diresmikan pada tanggal 8 Februari 2008 oleh perdana menteri Dato' Seri Abdullah Ahmad Badawi. Wisatawan boleh masuk kedalam mesjid dan melihat-lihat interiornya, tapi harus mengenakan jubah panjang yang telah disediakan dibagian luar mesjid dan untuk yang wanita ada tutup kepala juga yang harus dikenakan.
Pasar Payang : Pasar ini ngak beda jauh dengan pasar Mester atau pasar Senen yang ada di Jakarta. Disini kita bisa beli buah-buahan, makanan traditional, souvenier sampai pakaian dan batik Terengganu. Ada kejadian lucu waktu kami beli durian di pasar Payang ini. Si penjual promosi kalau duriannya manis, tapi waktu kami makan ternyata ada yang rada tawar, jadi kami complaint ke dia tapi dengan nada bercanda, eeh dianya cuek aja belaga ngak dengar, ya sudah kami bertiga ledek2an tentang durian yang tawar tsb. Mungkin takut duriannya ngak laku karena dengerin kita 'nyanyi' terus, akhirnya si penjual kasih durian tambahan untuk membungkam 'nyanyian' kita, hahaha durian yang ini baru manis semua.
Setelah membeli beberapa oleh-oleh khas Terengganu untuk keluarga dirumah, pak Wan Hasan mengantar kami kembali ke penginapan untuk packing dan malamnya menjemput kami lagi untuk diantar ke terminal bis untuk melanjutkan perjalanan kami ke Penang. Pada umumnya bis dari Kuala Terengganu yang menuju ke pulau Penang beroperasi pada malam hari. Oh ya kami sudah membeli tiket bis dari hari pertama kami tiba di Kuala Terengganu atas nasihat supir taxi yang membawa kami ke Kuala Besut karena takutnya kami kehabisan tiket kalau kami beli pada hari yang sama mengingat lagi liburan sekolah. Menurut supir taxi tsb, untuk harga tiket bis, kami ngak perlu takut dimahalin, karena harga tiket bis sudah ditentukan oleh pemerintah, jadi kalau ada yang naikin secara sepihak bisa kena sangsi, hmm bagus lah kalau begitu, jadi kita ngak perlu khawatir kalau dibohongin karena kita wisatawan.
Hari ke 8 Penang
Jam 4:30 pagi bis kami sudah sampai di Penang. Karena bis umum belum beroperasi dan kami malas menunggu di terminal, maka kami memutuskan mengambil taxi menuju penginapan. Kami beruntung mendapat supir taxi yang informative, karena saat memasuki kawasan Georgetown, dia tanpa diminta kasih keterangan nama-nama bangunan disebelah kiri dan kanan jalan dengan informasi bahwa itu semua terletak tidak jauh dari penginapan. Berhubung masih subuh, tempat penginapanpun masih tertutup pintunya jadi kami diturunkan di restaurant yang buka 24jam yang berlokasi tidak jauh dari penginapan. Ternyata ada orang jawa yang kerja di restaurant tsb, jadi kami sempat tanya-tanya tentang transportasi umum dan dimana belanja-belanja, hehehe tetep belanja, soalnya sudah hari terakhir dan kami masih perlu beli oleh-oleh untuk keluarga dirumah. Setelah jam 7 pagi baru deh kami jalan ke penginapan namanya Old Penang Guest House. Secara keseluruhan penginapan ini bersih dan rapih dan yang penting letaknya strategis. Harga kamar dormitori hanya RM15 per orang termasuk makan pagi berupa roti dengan beberapa jenis selai plus kopi dan teh. Disediakan juga panggangan roti sekiranya mau bikin roti bakar. Setelah istirahat sebentar dikamar karena tidur yang ngak benar selama dalam perjalanan dengan bis tadi malam, kami pun keluar menuju Komtar dan berakhir di Batu Ferringhi karena mau mampir di Hard Rock Cafe untuk belanja t-shirt.
Komtar : Bangunan setinggi 232m ini adalah ikon dari pulau Penang dan pada saat dibangun ini merupakan bangunan tertinggi di Asia, tapi sekarang sudah tidak lagi. Nama Komtar adalah singkatan dari 'Kompleks Tun Abdul Razak'. Pertokoan dengan barang-barang branded ada disini.
Penang Adventist Hospital : Kami mampir di rumah sakit ini untuk melihat-lihat apakah sama dengan RS Advent yang ada di Bandung.
Batu Ferringhi : Ini adalah tempat wisata pantai di pulau Penang. Seperti di pulau Perhentian, ditepi pantainya banyak terdapat batu-batu besar. Hard Rock Cafe Penang ada disini
Note: naik bis di Penang harga karcisnya dihitung dari jarak yang ditempuh. Misalnya dari jarak 0-7km RM1.4, jarak 7.1-14km RM2, jarak 14.1-21km RM2.7, jarak 21.1-28 RM3.4 dan yang terjauh jarak 28.1km atau lebih RM4. Jadi kalau naik bis kita sebutkan tempat tujuan dan si sopir akan memberitahukan kepada kita berapa yang harus kita bayar. Jangan coba-coba berhentiin bis di luar halte bis yang disediakan, karena mereka pasti ngak akan mau berhenti.
Hari ke 9 Penang
Karena kemarin kami hanya jalan cari oleh-oleh, maka hari ini dengan berbekal peta tempat-tempat bersejarah yang berada di Georgetown, kami pun jalan berkeliling. Seperti di Melaka, hampir semuanya terletak berdekatan dan yang penting penginapan kami terletak di tengah-tengah, jadi kalau capai tinggal balik dan ngadem dulu di kamar ber-ac lalu jalan lagi. Di Penang ada bis umum MPPP yang gratis khusus mengitari tempat-tempat bersejarah di seputar Georgetown, jadi kalau capai jalan kaki bisa naik bis ini tanpa biaya. Hari ini kami secara ngak sengaja jadi jalan sendiri-sendiri, gara-garanya saya masuk ke benteng Cornwallis sedangkan saudara saya nunggu di luar karena ngak mau ikutan masuk, ternyata saya keasyikan di benteng tsb dan saudara saya karena cape menunggu akhirnya jalan sendiri ke daerah Little India, hmm ya sudah saya jalan sendiri deh dan mengunjungi :
Cathedral of the Assumption : katedral ini usianya hampir sama dengan usia pulau Penang. Dibangun tidak lama setelah Francis Light tiba di pulau ini.
Penang State Museum : Dibangun tahun 1816, dulunya adalah Penang Free School dan Hutchings School.
St. George's Church : Ini adalah gereja Anglican yang berada di Penang dan selesai dibangun tahun 1818
Goddess of Mercy Temple : Kuan Yin Teng atau Goddess of Mercy adalah salah satu dari kuil Cina tertua di Penang yang dibangun oleh imigran Cina yang datang dan menetap disana pada tahun 1800an.
King Street Temples : Sepanjang jalan King ini kita dapat melihat berbagai jenis kuil peninggalan bangsa China yang datang dan menetap di Penang pada abad ke 18, misalnya dari Kanton, Hakka, dll
Court Buildings : Gedung Mahkamah Agung ini dibangun tahun 1809 dengan arsitektur gaya neo-Palladian. Sekarang ini dipakai untuk Pengadilan Tinggi
Town Hall : Resmi dibuka pada tahun 1880 oleh gubernur Sir Fedderick Weld, bangunan victoria ini dulunya biasa digunakan untuk berbagai keperluan termasuk pertunjukan teater, kebaktian gereja dan pusat perpustakaan kota Penang.
City Hall : Ini adalah gedung gaya neo-Palladian yang indah dan selesai dibangun tahun 1903 sebagai gedung pemerintahan di Penang. Sekarang digunakan sebagai dewan kotapraja dari pulau Penang.
War Memorial : Monumen Perang ini didedikasikan untuk serdadu-serdadu yang telah mengorbankan dirinya melawan serangan mendadak oleh kapal Jerman SMS Emden pada tanggal 28 Oktober 1914 yang dipimpin oleh kapten Letnan Komandan Karl von Mueller.
Fort Cornwallis : Berlokasi tepat ditepi pantai, benteng ini dibangun oleh Francis Light segera setelah dia tiba di Penang, dan digunakan sebagai pusat administrasi dari pulau ini, dimana Pengadilan Tinggi dan Kepolisian berada dan sekarang sebagai tempat peninggalan sejarah. Tiket masuk RM2 per orang.
Clock Tower : Dengan tinggi 60 kaki, Clock Tower yang berlokasi di dekat benteng Cornwallis ini merupakan simbol kekayaan dari miliuner bernama Cheah Chen Eok dan dibangun pada tahun 1897 untuk memperingati 60 tahun kekuasaan dari Ratu Victoria.
Church Street Pier : Dermaga ini dibangun pada tahun 1897, dulunya adalah tempat yang ramai oleh perahu, sampan, jukung, kapal uap, dll, kemudian sempat selama bertahun-tahun dibiarkan tidak terpakai, sekarang telah diperbaiki dan disampingnya di bangun Tanjung Marina Club dimana melayani yacht-yacht dari seluruh dunia..
Malayan Railway Building : Gedung dengan arsitektur neo-klasikal ini dibangun pada awal abad ke-20 atau tepat tahun 1907, pernah menjadi gedung tertinggi di pulau ini. Dipercaya bahwa stasiun kereta api ini adalah satu-satunya didunia yang tidak ada rel nya.
House of Yeap Chor Ee : Dulunya rumah ini adalah milik seorang taipan bernama Yap Chor Ee yang juga adalah pendiri dari Bank Ban Hin Lee. Sekarang digunakan sebagai restaurant.
Convent Light Street School : Ini adalah sekolah untuk perempuan yang tertua di Malaysia. Dulunya di lokasi ini adalah rumah kediaman gubernur, lalu tahun 1859 dijadikan sekolah dan pada suatu saat pernah menjadi rumah yatim piatu.
Christian Cemetery : Pekuburan ini adalah tempat peristirahatan terakhir dari para pionir seperti Francis Light, James Scott pendiri Penang Free School, pendeta Thomas Beighton dari London Missionary Society, dll dll. Note: pada umumnya di batu nisan tertulis kejadian yang menimpa orang tsb sehingga meninggal, juga batu-batu nisan besar yang ada di gereja St. Paul di Melaka
Residence of Ku Din Ku Meh : Juga dikenal dengan nama Segara Ninda, tempat kediaman ini dimiliki oleh Ku Din Ku Meh yang lahir di Kedah pada tahun 1824 dan merupakan seorang administrator dari Setul, daerah bagian Kedah. Pada saat itu Kedah dalam kekuasaan Thailand (1811-1909) tapi kemudian di berikan kepada Inggris. Pada PD II oleh Jepang dikembalikan kepada Thailand dan diberi nama Syburi, tapi setelah perang usai dengan kekalahan Jepang, Kedah menjadi milik Malaysia secara permanen. Karena kecapannya Ku Din Ku Meh dianugrahi titel Raja Setul oleh Raja Chulalangkorn (Rama V). Karena Penang merupakan pusat pelabuhan perdagangan antara Thailand dan Sumatra, maka Ku Din Ku Meh membeli Segara Ninda pada tahun 1901 dan menjadikannya sebagai rumah sekaligus kantor. Setelah beliau meninggal pada tahun 1932, tempat ini disewakan kepada orang lain dan kemudian sempat kosong sebelum akhirnya direnovasi oleh Tengku Yahaya generasi ke-4 dari Ku Din Ku Meh. Sekarang tempat ini menjadi guest house untuk budget travellers.
Saint Francis Xavier Church : Didirikan oleh bishop Boucho pada tahun 1857 untuk memenuhi kebutuhan dari penduduk yang berbahasa Tamil. Komplex gereja yang pertama dibangun tahun 1867 diatas tanah yang diberikan oleh keluarga Godfrey sedangkan gedung gereja yang sekarang diselesaikan tahun 1952 bantuan finansial dari keluarga Grummit dari Inggris.
Cheong Fatt Tze Mansion : Dibangun oleh salah satu taipan terkaya pada saat itu dan telah memenangkan 'the 2000 Most Excellent Award of Unesco Asia-Pacific" untuk Culture Heritage Conservation.
Leong Fee's Mansion : Dibangun pada tahun 1900an sebagai rumah pribadi oleh Leong Fee (1857-1911). Dia berasal dari Guangdong sebuah propinsi di China dan datang ke Malaya pada tahun 1876. Pernah menjadi tempat St. Xavier's Institute sebelum akhirnya dimiliki oleh Christian Brothers yang menyewakannya kepada Akademi seni Equator.
Saint Xavier's Institution : Ini adalah sekolah katolik untuk pria yang tertua di Malaysia dan dibangun oleh De La Salle Christian Brothers pada tahun 1850.
Benggali Mosque : Didirikan tahun 1803 untuk memenuhi kebutuhan orang-orang India islam yang berasal dari Bengali yang datang ke Penang untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
Goldsmiths Guild : Didirikan pada tahun 1832 sedangkan kuil yang sekarang dibangun pada tahun 1903
Carpenters Guild : Dulunya dipakai sebagai tempat para imigran dari kanton di China sebelum akhirnya mereka berpindah dan menetap ditempat yang lain.
Siangnya setelah ngadem dikamar ber ac dengan bis umum saya jalan sendiri untuk mengambil photo dari jembatan yang menghubungi pulau Penang dan Butterworth. Ternyata saya diturunin di tengah-tengah jalan bebas hambatan alias jalan tol, memang sih ada jembatan penyebrangan tapi begitu saya sudah selesai ambil gambar dan jalan keseberang, ternyata bis-bis yang menuju Georgetown itu mengambil jalur tengah semua dan ngak mungkin berhenti ditempat saya berada. Saya tanya kepada beberapa orang yang kebetulan lewat, tapi jawabannya ngak ada yang memuaskan, akhirnya saya jalan agak menjauh dari jalan yang kearah Georgetown dan ketemu kantor seperti Jasamarga begitu, ya sutralah saya masuk dan tanya bagaimana caranya untuk dapat balik ke Georgetown dan karena mustahil untuk naik bis dari tempat tsb, salah satu dari mereka langsung mengantar saya dengan mobil ke halte bis terdekat yang lokasinya dibalik jalan tol tsb, dia bilang saat ini masih tugas kalau enggak sih sudah diantar ke Georgetown, wuiih sudah ketemu halte aja sudah seneng koq saya. Waktu saya cerita ke saudara saya, mereka pada bersyukur ngak ikut saya hehehe, dan mereka sempat mampir ke Chocolate Boutique, sedangkan saya sudah ngak bisa karena tokonya tutup jam 7 sore, ya sudah beli coklatnya di airport saja kalau begitu. Coklat disini ada banyak pilihan rasa, mau yang isi durian, pepaya, mangga, dll ada, buat saya yang rasanya pas di lidah ya yang isinya durian saja, yang lainnya saya kurang begitu suka, tapi mungkin ini soal selera saja ya. Malamnya kami masih jalan lagi ke pertokoan disekitar Komtar untuk cari souvenir dan kembali ke penginapan untuk packing.
Hari ke 10 Penang - Jakarta
Penerbangan Penang/Jakarta dengan Air Asia hanya ada 1x sehari jadi tidak ada pilihan lain kecuali kembali ke Jakarta dengan pesawat pagi tsb, padahal rasanya sayang banget, kalau ada pesawat yang sore atau malam kan masih bisa jalan-jalan lagi di Penang, hehehe. Untuk ke airport sebetulnya kita bisa naik bis 1x untuk menghemat ongkos, tapi berhubung ibu-ibu teman seperjalanan saya males jalan ke terminal, maka jadilah kita pesan taxi dari penginapan, tarifnya RM35 dan kita patungan, jadi ngak beda jauhlah harganya dan lagi ngak pake jalan kaki sambil gerek-gerek koper ke terminal hehehe
" Ke Jakarta aku kan kembaliiiii, walau pun apa yang kan terjadi .... !"
Note: Biaya akomodasi, transport darat/laut/udara & tour termasuk airport tax tidak sampai 2juta untuk 10 hari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar